Civil Insight 2025 “Masa Depan Infrastruktur Indonesia: Tantangan dan Peluang bagi Insinyur Teknik Sipil”

Banda Aceh, 16 April 2025 – Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala (USK) mengadakan kegiatan Civil Insight 2025 dengan tema Masa Depan Infrastruktur Indonesia: Tantangan dan Peluang bagi Insinyur Teknik Sipil yang berlangsung pada Rabu, 16 April 2025. Acara ini dihadiri oleh Rektor Universitas Syiah Kuala, Prof. Dr. Ir. Marwan, IPU., APEC.Eng., Dekan Fakultas Teknik USK, Prof. Dr. Ir. Alfiansyah Yulianur BC., IPU., ASEAN.Eng., Perwakilan Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekda Aceh, Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA), para Kepala Balai Instansi Teknis Kementerian di Provinsi Aceh, Kepala Dinas Satuan Kerja Perangkat Aceh, perwakilan BUMN Konstruksi, Asosiasi Himpunan Ahli Ketekniksipilan dan civitas academica dari Fakultas Teknik USK dan Jurusan Teknik Sipil di Provinsi Aceh serta ikatan alumni dan himpunan mahasiswa teknik sipil FT USK.

Kepala Departemen Teknik Sipil USK Dr. Ir. Yusria Darma, S.T., M.Eng.Sc dalam laporannya menyampaikan bahwa kegiatan ini dibagi menjadi beberapa sub kegiatan yaitu Talkshow, Kuliah Umum, Seminar dan Silaturahmi. Kegiatan Civil Insight ini diharapkan dapat memberikan solusi terhadap isu-isu strategis ketekniksipilan / infrastruktur yang sedang terjadi di masyarakat, ajang silaturahmi diantara Civitas Academica, Alumni dan Stakeholders serta meningkatnya persentase mahasiswa magister lulus tepat waktu dalam memastikan Akreditasi Prodi-prodi di Departemen Teknik Sipil FT USK tetap UNGGUL. Departemen Teknik Sipil FT USK didirikan Sejak Tahun 1963. Saat ini terdiri dari empat Prodi yaitu D3 Teknik Sipil, S1 Teknik Sipil, S1 Teknik Sumber Daya Air, dan S2/Magister Teknik Sipil. Jumlah lulusan kedepan yang mencapai sekitar 400 per tahunnya yang mendasari kami memilih tema talk show kita tahun ini.

Dekan Fakultas Teknik USK, Prof. Dr. Ir. Alfiansyah Yulianur BC., IPU., ASEAN.Eng., turut hadir dan menyampaikan dalam kata sambutannya bahwa semoga dengan adanya kegiatan ini dapat memberikan masukan-masukan sehingga lulusan Teknik Sipil ini bisa bekerja serta bisa menjadi mitra di pemerintah maupun unsur praktisi lainnya. Dekan FT USK juga menekankan pentingnya penguatan aspek operasional dan pemeliharaan infrastruktur sebagai bagian dari upaya optimalisasi kesejahteraan masyarakat melalui keberlanjutan infrastruktur seperti jalan, pelabuhan, dan sistem irigasi. “Perkuatan masalah metode kerja dan keilmuan perlu ditingkatkan. Masalah perbaikan bendung atau irigasi sudah menjadi hal yang biasa, namun perlu kita pahami kembali bahwa ketika kita mengajar irigasi dan pembangunan pelabuhan, maka aspek pemeliharaan dan rehabilitasi juga harus menjadi perhatian utama,” ungkapnya.

Kegiatan ini dibuka oleh Rektor Universitas Syiah Kuala, Prof. Dr. Ir. Marwan, IPU., APEC.Eng. Dalam sambutannya, Rektor USK, yang juga sebagai Ketua Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Wilayah Aceh, menekankan perspektif bidang teknik sipil ini ke depan, seperti dapat menyinkronkan kebutuhan dengan apa yang dapat dipersiapkan di kampus agar nantinya lulusan Teknik Sipil dan juga mendekatkan kampus dengan dunia kerja, sehingga bisa sinergis diantara keduanya. Adapun penguatan yang sudah di lakukan selama perkuliahan seperti interpeneurship, teknologi dan komunikasi hal ini untuk mendukung softskill yang ada pada mahasiswa. Selain itu program magang yaitu memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melatih mereka agar siap terjun ke lapangan atau dunia kerja.

Keynote speakers kegiatan Civil Insight ini yaitu Ir. H. Razuardi, M.T. yang merupakan Wakil Bupati Kabupaten Bireuen, Kusnadi C. Wijaya, S.E., M.Ak., PIA yang merupakan Direktur Teknik dan Fasilitas PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero), Prof. Dr. Ir. Agus Taufik Mulyono S.T., M.T., IPU, ASEAN Eng.Wakil Ketua Umum PII/ Ketua Majelis Profesi dan Etik MTI/ Ketua Dewan Pakar HPJI, Ir. Edy Juharsyah, M.Tech. Staf Ahli Keterpaduan Pembangunan Kementerian Pekerjaan Umum, T. Faisal, S.T., M.T., Kepala Dinas Perhubungan Aceh dan Ir. Ade Surya, S.T., M.E., Kepala Dinas Pengairan Aceh. Acara dimodetori oleh Dr. Ir. Ramzi Adriman, S.T., M.Sc dan Dr. Ir. Khairul Iqbal, S.T., M.T., IPM.

Kegiatan ini juga membahas mengenai Pengembangan Infrastruktur Maritim dalam menghubungkan logistik nasional dan waterfront tourism, Solusi Preservasi Jalan dan ODOL Kendaraan Berat Angkutan Barang ditinjau dari Perspektif Penyedia Infrastruktur Jalan, Memajukan Infrastruktur Transportasi Aceh, serta Pengembangan Infrastruktur yang sesuai dengan arahan Gubernur Aceh.

Direktur Teknik dan Fasilitas PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero), Bapak Kusnadi C. Wijaya, menyatakan komitmen ASDP dalam mendukung program strategis nasional melalui pengembangan infrastruktur transportasi. “Kalau dari kementerian diharapkan optimalisasi, maka di BUMN, kami di PT. ASDP didorong untuk memperkembangkan infrastruktur,” ungkap Kusnadi. Terdapat tiga program proyek strategis oleh ASDP untuk mendukung perkembangan infrastruktur tersebut. Pertama, pengembangan terminal eksekutif dan layanan ferry express guna meningkatkan kenyamanan dan efisiensi layanan penyeberangan. Kedua, pengembangan kawasan di Labuan Bajo, tempat ASDP membangun pelabuhan modern dengan fasilitas marina yang ditujukan untuk menarik investor kelas dunia, serta membangun hotel berbintang tiga untuk mendukung pariwisata premium. Ketiga, ASDP mengembangkan kawasan Bakauheni Harbour City, sebuah inisiatif pengembangan wilayah pelabuhan yang menggabungkan fungsi logistik, pariwisata, dan ekonomi kreatif.

Prof. Dr. Ir. Agus Taufik Mulyono, M.T., IPU., selaku Wakil Ketua Persatuan Insinyur Indonesia (PII), mengangkat isu mengenai solusi preservasi jalan dan odol kendaraan berat angkutan barang ditinjau dari perspektif penyedia infrastruktur jalan. Ia menyoroti lemahnya manajemen aset jalan. Prof. Agus menekankan bahwa permasalahan ODOL bermula dari aspek over dimension (OD). Jika OD tidak ditangani terlebih dahulu, maka peluang terjadinya ODOL akan terus ada. Ia menyebutkan “Salah satu solusi dari odol: ambigu solusi dan ambigu eksekusi karena bagaimana pandangan masyakat, pandangan penjual barang, pandangan pembeli barang, pandangan pemilik angkutan, pandangan pengemudi angkutan ini masih ambigu karena dampak ODOL yaitu jalan cepat rusak, biaya preservasi menjadi tinggi, kecepatan jadi rendah, travel time jadi mahal, dan fatalitas tabrakan jadi tinggi”

Kepala Dinas Perhubungan Aceh, T. Faisal, S.T., M.T., memaparkan rencana pembangunan infrastruktur transportasi di Aceh periode 2024–2029. Program strategis meliputi digitalisasi layanan Transkoetaradja, pembangunan dan revitalisasi pelabuhan serta terminal, pengembangan transportasi sungai di tiga kabupaten, serta rencana pengoperasian kereta api perkotaan di Banda Aceh. Selain itu, pemerintah juga mendorong transformasi transportasi menuju energi ramah lingkungan melalui penggunaan bus listrik serta pengembangan water-based airport sebagai solusi inovatif untuk wilayah konservasi yang sulit dijangkau transportasi konvensional. 

Sementara itu Wakil Bupati Bireuen, Ir. H. Razuardi, M.T., turut mengingatkan pentingnya pemilihan teknologi yang tepat guna, khususnya dalam konteks ketahanan pangan yang terancam akibat kerusakan tiga bendungan besar. Beliau menekankan perlunya optimasi sistem infrastruktur irigasi dan air sebagai tulang punggung pertanian nasional.

Narasumber selanjutnya Ir. Edy Juharsyah, M. Tech. selaku Staf Ahli Keterpaduan Pembangunan Kementerian PUPR menyampaikan bahwa program prioritas infrastruktur tahun 2025 mencakup pembangunan bendungan, perlindungan pantai, serta proyek giant sea wall yang terintegrasi dengan sistem air limbah dan penyediaan air minum. Ini menunjukkan komitmen kuat terhadap pengelolaan sumber daya air secara menyeluruh dan berkelanjutan.

Mengakhiri diskusi, Ir. Ade Surya, S.T., M.E., selaku Kepala Dinas Pengairan Aceh menyampaikan bahwa saat ini sekitar 75–80% dari total 203.000 hektare lahan pertanian di Aceh telah teraliri sistem irigasi. Meskipun pencapaian tersebut patut diapresiasi, tantangan besar masih membayangi, yaitu bagaimana memastikan seluruh lahan pertanian dapat memiliki akses irigasi yang efektif, efisien, dan berkelanjutan. Lebih lanjut, Ir. Ade Surya menyoroti adanya kesenjangan antara desain teknis yang dirancang oleh konsultan dengan implementasi di lapangan. Para birokrat dan pelaksana teknis kerap mengalami kesulitan dalam menerapkan desain-desain tersebut karena keterbatasan sumber daya maupun ketidaksesuaian dengan realita di daerah.

Siap menghubungi kami? Kami ingin mendengar kabar dari Anda.
Scroll to Top